top of page
Search

Post #4 - Cara Jitu Jago Jualan

Updated: Nov 23, 2018

Ternyata semua kita adalah salesman.



Apa pandangan anda pada seorang salesman atau saleswoman? Apa image yang muncul di benak anda waktu anda mendengar kata salesman? Kebanyakan orang takut menjadi salesman. Ketakutan ini muncul dari nilai yang rendah yang kita berikan pada status salesman. Kebanyakan orang tidak begitu suka di identifikasi kan sebagai salesman. Kalau anda bekerja di dunia korporasi, title salesman seperti identik dengan status entry level dan Upah Minimum Regional (UMR).


Tapi kenyataan nya, kita semua adalah sales tapi kita memasang title yang berbeda beda, seperti akuntan, pengacara, manager, dokter, insinyur, perawat, dan sebagai nya. Bisnis apapun, dan profesi apa pun, tidak akan menghasil kan uang tanpa adanya sales (penjualan) dalam bisnis atau profesi tersebut. Kalau anda ada dalam posisi self-employed (seperti pengacara, dokter, arsitek, konsultan), anda lah salesman diri anda sendiri. Suka atau tidak suka, tanpa sadar, sebenar nya kita semua adalah sales people yang selalu ber negosiasi setiap hari sejak kita bisa mulai berbicara.


Waktu kita kecil, kita ber-negosiasi dengan orang tua kita untuk makan di restaurant yang kita sukai. Kita nego jam tidur kita. Kita nego mengerjakan PR setelah film kartun selesai. Waktu kita beranjak dewasa, kita nego meminjam mobil orang tua kita. Kita pandai mencari alasan berkelit mengapa ulangan kita nilai nya merah. Kita negosiasi jam berapa kita harus pulang rumah di malam minggu. Sebelum menikah, kita harus "menjual" kualitas kita kepada calon istri/suami/mertua kita. Waktu kita punya anak, kita harus pandai berjualan konsep-konsep dan nilai-nilai yang kita anggap penting kepada anak kita. Kita "jual" konsep perlu nya makan brokoli, minum air, tidur siang, baca di tempat yang terang, dan sebagainya. Di kantor, kita terus ber jualan konsep, ide, dan gagasan cemerlang kita untuk meningkatkan nilai performance appraisal, gaji, dan bonus akhir tahun kita. Di jalan raya, kita bahkan mencoba bernegosiasi dengan aparat penegak hukum waktu kita tertangkap basah bersalah.


Nah, kalau kita semua adalah salesman, pertanyaan nya bukanlah "bagaimana kita menjadi salesman yang lebih baik", tapi pertanyaan yang lebih tepat adalah "bagaimana kita menjadi lebih effective dalam hidup". Dari pengalaman hidup saya di bisnis, di rumah bersama suami membesarkan 4 anak, saya menemukan kunci utama menjadi lebih effective dalam menjual ide, gagasan, usulan, product, jenis makanan, rencana liburan, dan apa pun yang ingin saya jual kepada prospect, suami, anak-anak saya, dan orang di sekitar saya, adalah....kemampuan bercerita (storytelling). Kenapa? Karena story sells, fact tells. Orang-orang yang kita ingin juali ternyata tidak begitu tertarik dengan fitur-fitur product atau gagasan kita. Fitur-fitur, spesifikasi, data-data riset adalah fakta. Sayang nya fakta tidak menggerakan pendengar kita untuk take action. Ternyata, yang paling ingin "prospect" kita dengar untuk membuat mereka membeli, adalah cerita kita.


Cerita yang saya maksud di sini bukanlah kisah yang di buat-buat. Bukan bualan. Tapi cerita sesungguh nya yang membuat sebuah konsep yang kompleks terdengar sederhana. Storytelling yang kita perlu pelajari adalah skill membawakan sebuah kisah pribadi ataupun certinya orang lain yang menginspirasi, yang mencekam, menggugah, engage, menghibur pendengar kita, atau mendorong pendengar kita untuk take action.


Kalau kita ingin menjual sebuah krim wajah pada seorang prospect hanya dengan memberikan fitur-fitur krim kita dengan detail, kecil sekali kemungkinan nya akan terjadi penjualan. Pembahasan kecanggihan teknologi yang digunakan untuk menciptakan krim tersebut, hasil studi klinis randomised double blind placebo hanya akan membuat prospect kita semakin bingung. Tapi kalau kita menceritakan pengalaman apa yang kita alami sebelum menggunakan krim ini, ejekan orang mengenai wajah kita, perasaan malu dan jelek waktu melihat diri kita di depan cermin, dan bagaimana setelah menggunakan krim ini perasaan kita berubah 180 derajat.... ini lah yang lebih menggugah prospect kita untuk membeli product kita.


Kalau kita ingin menjual ide agar anak-anak kita rajin menggosok gigi sebelum mereka tidur malam, akan tidak effective kalau kita membahas fitur pasta gigi dan sikat gigi yang ada di kamar mandi. Tapi kalau kita bisa menceritakan pengalaman pribadi kita sendiri yang mengerikan waktu mendengar suara bor gigi di dokter gigi, pengalaman ngilu nya makan ice cream karena gigi berlubang, dan sakit nya process scaling, kita akan jauh lebih effective dalam menjual concept menjaga kebersihan gigi sebelum kita tidur. Masukkan unsur emosi kedalam cerita anda, maka anda akan melihat dampak story anda.


Ingat: Informasi + Emosi = Ingatan Jangka Panjang.


Semakin mahir kita bercerita, semakin efektif komunikasi kita. Semakin efektif komunikasi kita, semakin baik kehidupan kita. Area kehidupan yang mana yang anda perlu improve? Keluarga, bisnis, karir di kantor, komunitas? Jawaban nya ada di tingkatkan kemampuan anda bercerita.


"Great stories happen to those who can tell them"

-Ira Glass-







 
 
 

Comments


bottom of page