top of page
Search

Post #10: Biang Keladi Penyakit Mematikan

Updated: Dec 7, 2018

Ternyata bukan makanan berlemak lho...


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menemukan rakyat Indonesia semakin tidak sehat. Tidak sehat bukan karena penyakit menular seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit menular lain nya. Tapi rakyat Indonesia bertambah tidak sehat karena penyakit tidak menular (PTM), termasuk diantara nya: kanker, stroke, ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi (darah tinggi).


Berikut adalah temuan Riskesdas tahun 2018 dibandingkan dengan temuan di tahun 2013 yang saya copy paste dari situs resmi Kementrian Kesehatan Indonesia:


"Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%;

prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%;

dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.

Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%;

dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%."


Pertanyaan nya: apa penyebab nya? Penyebab utama nya adalah konsumsi gula yang sangat berlebih. Tahukah anda kalau Indonesia dulu nya adalah exportir gula terbesar dunia? Di jaman penjajahan Belanda di tahun 1930'an, Indonesia sempat menjadi eksportir gula terbesar kedua setelah Cuba. Waktu itu Indonesia memproduksi hingga 3 juta ton gula. Hari ini, Indonesia adalah importir gula terbesar kedua setelah China dengan total impor 4.2 juta ton per tahun nya. Apa yang terjadi? Banyak yang terjadi, mulai dari menurunnya produksi gula di Indonesia sejak tahun 1967 dan kenaikan populasi.


Tapi yang tidak kalah penting nya adalah terjadi perubahan pola makan rakyat Indonesia yang banyak mengkonsumsi gula dan makan tinggi karbohidrat murni (refined carbohydrate). Satu hal berbahaya yang seperti nya tidak tercatat adalah konsumsi gula fruktosa (High Fructose Corn Syrup) atau gula cair. Contoh fruktosa: gula cair untuk pancake (seperti di gambar diatas), gula cair di cafe, semua jenis madu, buah-buahan manis. Gula ini makin banyak di temukan di makanan, snack, dan berbagai minuman manis. Masalah nya, angka konsumsi fruktosa tidak termasuk pada data statistik konsumsi gula Indonesia. Tapi kita tahu konsumsi fruktosa terus meningkat dengan semakin marak nya minuman kemasan siap saji, cafe, bubble tea, dan berbagai minuman dan makanan yang manis rasa nya.


Buah-buahan mengandung vitamin, enzym dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh kita. Tapi sebagian buah, selain kandungan yang bermanfaat, juga memiliki kandungan fruktosa yang sangat tinggi seperti durian, mangga, anggur. Komposisi fruktosa dalam buah menjadi semakin tinggi waktu buah di jadikan manisan, atau di keringkan seperti hal nya kismis. Jadi vitamin dan mineral yang masuk jauh lebih sedikit daripada jumlah fruktosa yang ikut masuk juga ke dalam tubuh. Tapi ada buah yang sangat sehat, sangat tinggi serat, vitamin dan mineral nya, tapi hampir tidak mengandung fruktosa. Buah ini saya bahas dengan detail di blog post ini.


Dari data statistik Indonesia, PTM adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Kalau kita perhatikan, yang termasuk penyakit tidak menular adalah golongan penyakit yang pada dasar nya di sebabkan gangguan metabolisme. Penyakit-penyakit ini tergolong pada cluster syndrome yang di kenal dengan nama Metabolic Syndrome. Cara nya mudah untuk mengetahui tingkat resiko kita terhadap kondisi metabolic syndrome ini. Anda tinggal menjawab ya/tidak pada 5 pertanyaan berikut ini:

  1. Apakah lingkar pinggang anda lebih dari 1/2 tinggi badan anda? Contoh: kalau tinggi badan anda 160cm, apakah lingkar pinggang anda lebih dari 80cm?

  2. Apakah gula puasa anda diatas 100 mg/dL?

  3. Apakah triglyceride anda diatas 150 mg/dL?

  4. Apakah tekanan darah anda diatas 130/85?

  5. Apakah HDL anda dibawah 40 mg/DL (pria), atau 50 mg/DL (wanita)?

Kalau anda menjawab ya kepada 3 dari 5 pertanyaan ini, arti nya anda mengidap metabolic syndrome. Pengidap metabolic syndrome beresiko tinggi terkena kanker, diabetes melitus, ginjal kronis dan hipertensi.


Lingkar pinggang yang besar adalah salah satu pertanda utama kondisi metabolic syndrome. Perut yang membuncit adalah pertanda terjadi nya penumpukan lemak visceral. Berbeda dengan lemak subkutan yang tersimpan di bawah kulit, lemak visceral tidak dapat di cubit dan di sedot karena lemak jenis ini menempel di organ dalam tubuh kita. Lemak visceral juga sering di kenal dengan nama fatty liver karena membungkus organ hati. Walaupun orang yg gemuk cenderung lebih banyak lemak visceral dalam tubuh nya, ternyata orang yg kelihatan nya kurus pun bisa juga mengidap fatty liver dan tinggi lemak visceral.


Lemak visceral bertumbuh seperti "alien" atau "monster" yang hidup dan bertumbuh dalam perut kita. Dia mengeluarkan produk sampingan yang menyebabkan inflamasi di liver dan organ tubuh lain nya. Dia juga mengganggu kerja hormon adinopectin yang menyebabkan tubuh kita semakin mudah menyimpan lemak. Rendah nya adinopectin ditemukan berkorelasi dengan naik nya tekanan darah, menurunkan sensitifitas terhadap insulin, mengeras nya pembuluh darah, LDL yang tinggi dan HDL yang rendah, dan juga tinggi nya triglyceride. Dalam jangka waktu beberapa tahun, resistensi terhadap insulin akan berubah menjadi diabetes melitus yang banyak sekali komplikasi nya.


Memang tidak mudah hidup dengan gaya hidup rendah gula secara konsisten untuk jangka panjang. Kenapa? Karena tubuh kita suka gula. Otak kita bahkan memberikan kita "reward" waktu kita mengkonsumsi gula dengan merilis hormone dopamine yang membuat kita happy dan feel good. Hal ini yang membuat sebagian orang ketagihan gula. Ketagihan gula adalah hal yang nyata. Gula bahkan merupakan "narkoba" yang paling adiktif. Masalah nya, "narkoba" ini bebas beredar dan di tempat-tempat tertentu tersedia gratis, seperti di cafe cafe umum nya.


Jadi apa solusi nya? Solusi nya simple dan sudah saya bahas di blog post #3 di sini. Lakukan 3 hal simple yang saya bahas di post #3 tersebut dan minum supplement yang bisa membantu anda untuk mengurangi ketagihan gula.


 
 
 

Comments


bottom of page